Mengenang Syekh An-Nawawi Al-Jawi: Ulama Jawa yang Mendunia
Jika
anda ditanya, siapa sih tokoh islam Indonesia kelas dunia saat ini?
anda mungkin menjawab dengan menyebutnya, (meskipun sudah wafat) Gus
Dur, atau paling tidak, Nurcholis Madjid, ataupun tokoh lainnya.
Tapi jika anda ditanya, siapa ulama Indonesia Abad ke-19 M yang sangat berpengaruh di dunia? Anda mungkin berfikir panjang sambil mengernyitkan dahi.
Tapi
sekarang, anda akan tahu. Ya, dia adalah Syekh An-Nawawi Al-Bantani.
Beliau lahir di tanah Banten 1230 H/1813 M. Dia adalah ulama fenomenal
sepanjang sejarah islam Indonesia. Bagaimana tidak? Sampai sekarang,
karya-karya beliau masih banyak menjadi kurikulum wajib di
pesantren-pesantren salaf, diantaranya adalah Nihayah az-Zain, Tausyikh
‘ala Fath al-Qarib, Sulam at-Taufiq, dan Sulam al-Munajah.
Yang paling fenomenal adalah karya Tafsirnya, Marakh Labid Tafsir an-Nawawi atau dalam judul lain Tafsir Munir Li Mu’alim al-Tanzil. Perlu
dicatat, karyanya yang satu ini telah diakui dan tertata rapi di
perpustakaan-perpustakaan di Mesir, Lebanon, dan di Jazirah Arab,
termasuk Makkah. Waww! Sehingga, sampai sekarang, anada tidak akan
kesulitan menemukannya meski adanda berada disana. Kitab ini telah
dicetak di Kairo dan Beirut.
Bahkan,
berkat kitabnya ini, beliau digadang-gadang sebagai ulama yang mewakili
orang non-Arab yang menulis karya tafsir dalam bahasa yang sangat
indah. Jika saat itu dunia juga terpengaruh dengan Muhammad Abduh
(Mesir, w. 1905) yang cenderung ‘Mu’tazilah’, maka Dunia sebenarnya
masih mengakui karya Nawawi ini, sehingga banyak yang menyebutnya
sebagai Al-Ghazali Abad Ke-19. (Abdurrahman Mas’ud: 2006: 129-130)
Abdurrahmad Mas’ud mengisahkan, Sejak kanak-kanak, beliau adalah
pelajar yang aktif dan serius, beliau juga tak lupa juntuk menghafal
seluruh isi al-Qur’an. Pada usia 15 tahun, beliau
hijrah ke Tanah Haram untuk haji dan selanjutnya menetap disana selama 3
tahun. Disanalah beliau dididik oleh 3 ulama besar, salah satunya yang
paling tenar adalah Syekh Muhammad Khatib Sambas al-Hambali, di Madinah.
Tak puas di Madinah, beliau berguru ke Mesir dan syiria. Pada th 1833 M, beliau boyong ke
Jawa Barat. Disini ia menjadi sosok kyai muda yang berilmu luas.
Sayang, dan barangkali inilah yang membuatnya begitu mendunia, pada th
1855, ia kembali dan menetap di Tanah Suci. Jadi, seandainya saat itu
sudah ada KTP, ia mungkin bulan lagi WNI (hehe..).
***
SEBUAH KISAH YANG UNIK
Pada
1870 an, Beliau yang tinggal di Makkah diundang untuk mengahdiri sebuah
diskusi panel di Universitas Al-Azhar kairo. Berkat kitab-kitabnya yang
digunakan secara luas oleh kaum muslim saat itu, para sarjana muslim
memintanya untuk memberikan kuliah dalam diskusi tersebut. Disamping
itu, mereka ingin bertemu secara pribadi, sehingga mereka bisa lebih
memperoleh lebih banyak perspektif dan keterangan rinci mengenai
karya-karyanya. Pada saat itu, beliau juga mempunyai jadwal yang sangat
padat untuk mengunjugi 17 negara lainnya.
Dalam
perjalanan tersebut, ia ditemani Muhammad Yusuf, Murud setianya. Tiba
di Al-Azhar, mereka istirahat sejenak dan selanjutnya sang guru menyuruh
muridnya menukar pakaianyya untuk mengecoh orang-orang. Dengan
mengenakan pakaian sang guru, yusuf tampak seperti orang alim yang sangat disegani. Sebaliknya, an-Nawawi yang jadi tampak seperti seorang murid sederhana dan tidak karuan.
Tak
cukup sampai disitu, al-Nawawi mengisayaratkan kepada yusuf, sang murid
untuk memberikan kuliah. Dengan penuh kepatuhan, ia pun melaksanakannya
walau tak lama. Yusuf memberikan alasan kepada audiens, bahwa ia akan
mewakilkan kepada temannya karena ia baru dan akan melewati perjalanan
yang sangat panjang. Padahal, orang-orang sudah menganggapnya sebagai
an-Nawawi.
Nawawi yang menyamar sebagai murid pun akhirnya memberikan kuliah, dan diantara audien berkata, “Masya Allah,
muridnya saja begitu, saya tidak bisa membayangkan bagaiman kalau sang
guru yang menyempaikannya, pasti lebih hebat” setelah mengakhiri
tugasnya, nawawi dipuja dengan tepukan tangan meriah, namun perhatian
tetap tertuju kepada ‘Nawawi palsu’, muridnya. Untung saja, rahasia
tersebut tidak terbongkar.
Beranjak
ke sebuah hikmah, kisah tersebut sebenarnya cukup mengurai bagaimana
seorang tokoh besar, tapi ia resah untuk dipuja. Ia adalah sosok yang
tetap rendah hati! Karena beliau sadar, bahwa setinggi apapun pujaan
yang diberikan manusia, bukan jaminan kalau Tuhan juga memujinya.
***
Sedikit
informasi, mungkin beliau juga satu-satunya ulama Nusantara yang
makamnya bersebelahan dengan Keluarga Nabi, yakni Khadijah yang tenar
dengan sebutan ummul mu’minin. Makam keduanya tepatnya berada di Ma’la,
sebuah kawasan yang terletak beberapa mil dari Masjidilharam. Beliau
wafat pada tahun 1314 H/ 1897 M di Makkah. Sampai sekarang, setiap
Kamis, Pekan terakhir Bulan Syawal, acara haul diselengarakan di tanah kelahirannya, Tanara, Banten, Jawa Barat.
‘Ala kulli hal,
Syaikh an-Nawawi al-Bantani adalah Ulama Nusantara yang sanggup eksis di dunia Internasional. Allahumma ighfir lahu wairhamhu wa’fu’ anhu. Semoga, ada titisan-titisan beliau suatu saat nanti. Andakah selanjutnya? Amin………..
*)Sumber :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar