Sabtu, 12 Januari 2013

Mengenang Syekh An-Nawawi Al-Jawi: Ulama Jawa yang Mendunia

Mengenang Syekh An-Nawawi Al-Jawi: Ulama Jawa yang Mendunia


Jika anda ditanya, siapa sih tokoh islam Indonesia kelas dunia saat ini? anda mungkin menjawab dengan menyebutnya, (meskipun sudah wafat) Gus Dur, atau paling tidak, Nurcholis Madjid, ataupun tokoh lainnya.
Tapi jika anda ditanya, siapa ulama Indonesia Abad ke-19 M yang sangat berpengaruh di dunia? Anda mungkin berfikir panjang sambil mengernyitkan dahi.
Tapi sekarang, anda akan tahu. Ya, dia adalah Syekh An-Nawawi Al-Bantani. Beliau lahir di tanah Banten 1230 H/1813 M. Dia adalah ulama fenomenal sepanjang sejarah islam Indonesia. Bagaimana tidak? Sampai sekarang, karya-karya beliau masih banyak menjadi kurikulum wajib di pesantren-pesantren salaf, diantaranya adalah Nihayah az-Zain, Tausyikh ‘ala Fath al-Qarib, Sulam at-Taufiq, dan Sulam al-Munajah.
Yang paling fenomenal adalah karya Tafsirnya, Marakh Labid Tafsir an-Nawawi atau dalam judul lain Tafsir Munir Li Mu’alim al-Tanzil. Perlu dicatat, karyanya yang satu ini telah diakui dan tertata rapi di perpustakaan-perpustakaan di Mesir, Lebanon, dan di Jazirah Arab, termasuk Makkah. Waww! Sehingga, sampai sekarang, anada tidak akan kesulitan menemukannya meski adanda berada disana. Kitab ini telah dicetak di Kairo dan Beirut.
Bahkan, berkat kitabnya ini, beliau digadang-gadang sebagai ulama yang mewakili orang non-Arab yang menulis karya tafsir dalam bahasa yang sangat indah. Jika saat itu dunia juga terpengaruh dengan Muhammad Abduh (Mesir, w. 1905) yang cenderung ‘Mu’tazilah’, maka Dunia sebenarnya masih mengakui karya Nawawi ini, sehingga banyak yang menyebutnya sebagai Al-Ghazali Abad Ke-19. (Abdurrahman Mas’ud: 2006: 129-130)
  Abdurrahmad Mas’ud mengisahkan, Sejak kanak-kanak, beliau adalah pelajar yang aktif dan serius, beliau juga tak lupa juntuk menghafal seluruh isi al-Qur’an. Pada usia 15 tahun, beliau hijrah ke Tanah Haram untuk haji dan selanjutnya menetap disana selama 3 tahun. Disanalah beliau dididik oleh 3 ulama besar, salah satunya yang paling tenar adalah Syekh Muhammad Khatib Sambas al-Hambali, di Madinah.
Tak puas di Madinah, beliau berguru ke Mesir dan syiria. Pada th 1833 M, beliau boyong ke Jawa Barat. Disini ia menjadi sosok kyai muda yang berilmu luas. Sayang, dan barangkali inilah yang membuatnya begitu mendunia, pada th 1855, ia kembali dan menetap di Tanah Suci. Jadi, seandainya saat itu sudah ada KTP, ia mungkin bulan lagi WNI (hehe..).
***

SEBUAH KISAH YANG UNIK
Pada 1870 an, Beliau yang tinggal di Makkah diundang untuk mengahdiri sebuah diskusi panel di Universitas Al-Azhar kairo. Berkat kitab-kitabnya yang digunakan secara luas oleh kaum muslim saat itu, para sarjana muslim memintanya untuk memberikan kuliah dalam diskusi tersebut. Disamping itu, mereka ingin bertemu secara pribadi, sehingga mereka bisa lebih memperoleh lebih banyak perspektif dan keterangan rinci mengenai karya-karyanya. Pada saat itu, beliau juga mempunyai jadwal yang sangat padat untuk mengunjugi 17 negara lainnya.
Dalam perjalanan tersebut, ia ditemani Muhammad Yusuf, Murud setianya. Tiba di Al-Azhar, mereka istirahat sejenak dan selanjutnya sang guru menyuruh muridnya menukar pakaianyya untuk mengecoh orang-orang. Dengan mengenakan pakaian sang guru, yusuf tampak seperti orang alim yang sangat disegani. Sebaliknya, an-Nawawi yang jadi tampak seperti seorang murid sederhana dan tidak karuan.
Tak cukup sampai disitu, al-Nawawi mengisayaratkan kepada yusuf, sang murid untuk memberikan kuliah. Dengan penuh kepatuhan, ia pun melaksanakannya walau tak lama. Yusuf memberikan alasan kepada audiens, bahwa ia akan mewakilkan kepada temannya karena ia baru dan akan melewati perjalanan yang sangat panjang. Padahal, orang-orang sudah menganggapnya sebagai an-Nawawi.
Nawawi yang menyamar sebagai murid pun akhirnya memberikan kuliah, dan diantara audien berkata, “Masya Allah, muridnya saja begitu, saya tidak bisa membayangkan bagaiman kalau sang guru yang menyempaikannya, pasti lebih hebat” setelah mengakhiri tugasnya, nawawi dipuja dengan tepukan tangan meriah, namun perhatian tetap tertuju kepada ‘Nawawi palsu’, muridnya. Untung saja, rahasia tersebut tidak terbongkar.
Beranjak ke sebuah hikmah, kisah tersebut sebenarnya cukup mengurai bagaimana seorang tokoh besar, tapi ia resah untuk dipuja. Ia adalah sosok yang tetap rendah hati! Karena beliau sadar, bahwa setinggi apapun pujaan yang diberikan manusia, bukan jaminan kalau Tuhan juga memujinya.
***
Sedikit informasi, mungkin beliau juga satu-satunya ulama Nusantara yang makamnya bersebelahan dengan Keluarga Nabi, yakni Khadijah yang tenar dengan sebutan ummul mu’minin. Makam keduanya tepatnya berada di Ma’la, sebuah kawasan yang terletak beberapa mil dari Masjidilharam. Beliau wafat pada tahun 1314 H/ 1897 M di Makkah. Sampai sekarang, setiap Kamis, Pekan terakhir Bulan Syawal, acara haul diselengarakan di tanah kelahirannya, Tanara, Banten, Jawa Barat.
‘Ala kulli hal,
Syaikh an-Nawawi al-Bantani adalah Ulama Nusantara yang sanggup eksis di dunia Internasional. Allahumma ighfir lahu wairhamhu wa’fu’ anhu. Semoga, ada titisan-titisan beliau suatu saat nanti. Andakah selanjutnya? Amin………..

*)Sumber : 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar